UG

UG

Jumat, 20 April 2012

Manusia dan Harapan

DEFINISI

Harapan berasal dari kata harap yang berarti keinginan supaya sesuatu terjadi, sehingga harapan dapat diartikan sesuatu yang diinginkan dapat terjadi. Yang dapat disimpulkan harapan itu menyangkut permasalahan masa depan.
Setiap manusia mempunyai harapan. Manusia yang tanpa harapan, berarti manusia itu mati dalam hidup. Orang yang akan meninggal sekalipun mempunyai harapan, biasanya berupa pesan – pesan kepada ahli warisnya.
Harapan tersebut tergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing – masing. Misalnya, Budi hanya mampu membeli sepeda, biasanya tidak mempunyai harapan untuk membeli mobil. Seorang yang mempunyai harapan yang berlebihan terkadang akan berakibat menjadi tertawaan orang banyak seperti pribahasa “Si pungguk merindukan bulan”, walaupun tidak ada yang tidak mungkin didunia ini bila Tuhan berkehandak.
Harapan harus berdasarkan kepercayaan, baik kepercayaan pada diri sendiri, maupun kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Agar harapan dapat terwujud, maka diperlukan usaha dengan sungguh – sungguh, berdoa dan pada akhirnya bertawakal agar harapan itu dapat terwujud.

Apa Sebab Manusia Mempunyai Harapan ?
Menurut kodratnya manusia itu adalah mahluk sosial. Setiap lahir ke dunia langsung disambut dalam suatu interaksi hidup, yakni ditengah suatu keluarga atau sebagai anggota masyarakat. Tidak ada satu manusiapun yang luput dari interaksi hidup. Ditengah – tengah yang lainnya, seseorang dapat hidup dan berkembang baik fisik / jasmani maupun mental / spiritualnya. Ada dua hal yang mendorong orang hidup berinteraksi dengan manusia lain, yakni dorongan kodrat dan dorongan kebutuhan hidup.
  1. Dorongan kodrat, ialah sifat, keadaan atau pembawaan alamiah yang sudah terjelma dalam diri manusia sejak manusia itu diciptakan oleh Tuhan. Misalnya menangis, bergembira, berpikir, berjalan, berkata, mempunyai keturunan dan sebagainya. Setiap manusia mempunyai kemampuan untuk itu semua.
  2. Dorongan kebutuhan hidup, sudah kodratnya bahwa manusia mempunyai bermacam – macam kebutuhan hidup. Kebutuhan hidup itu pada garis besarnya dapat dibedakan atas kebutuhan jasmani dan kebutuhan rohani.
Manusia dan Harapan
Harapan itu bersifat manusiawi dan dimiliki semua orang. Dalam hubungannya dengan pendidikan moral, untuk mewujudkan harapan perlu di wujudkan hal – hal sebagai berikut:
a. harapan apa yang baik
b. bagaimana mencapai harapan itu
c. bagaimana bila harapan itu tidak tercapai.

            Jika manusia mengingat bahwa kehidupan tidak hanya di dunia saja namun di akhirat juga, maka sudah selayaknya “harapan” manusia untuk hidup di kedua tempat tersebut bahagia. Dengan begitu manusia dapat menyelaraskan kehidupan antara dunia dan akhirat dan selalu berharap bahwa hari esok lebih baik dari pada hari ini, namun kita harus sadar bahwa harapan tidak selamanya menjadi kenyataan.

Upaya Mewujudkan Harapan
Harapan adalah awal dari sebuah alur hidup. Alur tersebut tidak akan pernah selesai dengan tuntas dan menghasilkan apa yang diharapkan jika tidak ada upaya-upaya yang jelas untuk mewudujkan harapan tersebut.

Merealisasikan Harapan menjadi Target Pencapaian
Hal pertama yang harus dilakukan untuk mewujudkan harapa adalah mendefinisikan harapan menjadi  target-target pencapaian. Target-target yang definisikan harus visible artinya harus mungkin dapat dicapai artinya sumber daya yang diperlukan dan usaha-usaha yang harus dilakukan untuk mewujudkan harapan seperti  waktu, tenaga, biaya, materi pendukung dan sumber daya lainnya ada dan mungkin untuk disediakan.
 
Kegagalan mendefinisikan harapan menjadi target adalah kegagalan yang nyata dalam mencapai sesuatu. Artinya harapan tersebut masih berupa angan-angan yang muluk yang sulit untuk diwujudkan. Sebesar apapun harapan, jika kita mampu mendefinisikannya menjadi target-target yang jelas maka dengan insyaAllah akan menjadi kenyataan.

Untuk mendefinisikan harapan menjadi target-target yang jelas diperlukan pemikiran dan perumusan yang dilandasi oleh ilmu dan pengalaman hidup serta kemauan yang keras untuk mewujudkannya. Terkadang kita memang harus terus menjaga mimpi kita menjaga harapan kita dalam pengertian menjaga semangat dari harapan-harapan kita agar tetap bersemangat dalam berupaya untuk mewujudkannya. Bukan sebaliknya terjebak dalam mimpi dan angan-angan yang tidak berkesudahan.
 
Langkah-langkah Mencapai Harapan

Untuk mewujudkan harapan agar menjadi kenyataan diperlukan langkah-langkah yang kongkrit/nyata. Harapan yang terlarang adalah berharap bahwa semua harapan akan dapat terwujud. Harapan tidak akan terwujud dengan harapan. Jika kita hanya berharap semua harapan dapat tercapai maka sesungguhnya kita telah terjebak dalam loop atau kalang angan-angan yang tak berujung. ‘Behentilah berangan-angan, ubahlah harapan menjadi kenyataan dengan langkah-langkah berikut ini :

·         Tetapkan Target
Tetapkan target yang jelas. Target menjadikan upaya untuk mewujudkan harapan menjadi lebih terarah dan lebih fokus.  Target juga member tanda  batas akhir dari proses yang akan kita lakukan. Dengan target yang jelas maka harapan kita dapat :
o   Terukur waktunya
o   Terukur biayanya
o   Terukur tingkat keberhasilannya
o   Terukur manfaatnya

Faktor Pendukung dan Penghambat
Untuk mewujudkan harapan menjadi kenyataan diperlukan analisa yang baik. Analisa yang baik tidak perlu rumit atau kompleks. Buatlah analisa sesederhana mungkin sehingga mudah dimengerti. Karena hal yang paling awal dalam mewujudkan harapan adalah memastikan bahwa harapan itu mudah dipahami. Berikut adalah beberapa poin yang harus diperhatikan dalam melakukan analisa:
o   Target yang telah didefinisikan
Dengan berpedoman pada target maka analisa yang dilakukan menjadi lebih jelas. Semua langkah dan kebutuhan yang definisikan pada tahap analisa harus mengacu pada target yang telah ditetapkan.
o   Batasan atau konstrain
Dalam kehidupan, manusia tidak terlepas dari batasan-batasan atau kontrain. Hal yang umum menjadi konstrain adalah waktu, biaya, dan sumber daya. Batasan atau konstrain akan menentukan langkah-langkah yang akan akan diambil. Dengan konstrain langkah-langkah menjadi lebih terseleksi.
Contoh kasus misalnya saya sekarang berada di Jakarta kurang lebih 1 jam lagi saya berharap dapat berjumpa dengan kekasih saya yang  berada di Tanah Datar. Target dari harapan ini sudah jelas yaitu bertemu seseorang di Tanah Datar. Setelah di analisa ada beberapa langkah-langkah atau cara-cara yang dapat diambil untuk mencapai target tersebut yaitu :
§  Jalan kaki dan berenang
§  Berlari dan berenang
§  Naik sepeda atau sepeda motor
§  Naik mobil
§  Naik kapal laut
§  Naik pesawat terbang
§  Teleportasi
Dari beberapa langkah di atas kita harus memilih langkah mana yang tepat sesuai dengan batasan atau konstrain :
Jalan kaki, berlari, naik sepeda, naik mobil, naik kapal laut tidak mungkin dipilih karena ada batasan waktu yaitu harus sampai maksimal setelah 1 jam waktu perjalanan. Dengan teleportasi meskipun bisa sampai ke tempat tujuan hanya dalam beberapa detik saja, namun teknologi ini belum bisa diwujudkan, masih harapan di masa depan. Cara yang paling mungkin adalah dengan cara naik pesawat terbang, karena untuk mencapai pulau Sumatera adalah diperlukan waktu tempuh sekitar 45 menit. Pada contoh ini, kita dapat melihat betapa berperannya pemahaman terhadap batasan dan konstrain dalam memilih langkah.    

o   Sumber daya yang dimiliki atau mungkin dimiliki
Dalam menganalisa salah satu batasan yang pasti adalah keterbatasan sumber daya yang dimiliki. Sumber daya ini dapat berupa :
§  Sumber daya waktu
Waktu yang kita miliki terbatas. Waktu sangat mahal. Karena waktu tidak dapat dikembalikan. Perjalanan hidup di dunia adalah perjalanana dalam lorong waktu. Jika waktu hanya habis oleh harapan-harapan yang tidak pernah diupayakan untuk dicapai, maka sia-sia saja hidup di dunia ini. Hidup di dunia hanya sekali. Satu kali kesempatan untuk mengumpulkan bekal untuk kehidupan yang abadi, akhirat.
§  Sumber daya materi seperti uang, dan barang
Sumber daya uang atau barang meski terbatas tapi dapat diupayakan keberadaannya. Dengan mengenali kemampuan diri dan target yang sesuai maka keterbatasan sumber daya materi tidak lagi menjadi halangan bagi pencapaian harapan kita.
§  Sumber daya manusia
Sumber daya manusia adalah aktor utama dalam pencapaian sebuah harapan. Manusia adalah asal dari harapan, penggerak, pelaksana, dan pencapai harapan. Hanya sumber daya manusia yang memiliki ilmu dan ketaqwaan disertai dengan usaha yang tekun yang akan mampu mewujudkan harapan-harapannya.

·         Perencanaan
Perencanaan adalah hal utama sebelum melaksanakan atau mengimplementasikan setiap langkah untuk mewujudkan harapan. Menurut Aa Gym, gagal merencanakan berarti gagal dalam pencapaian. Perencanaan menjadikan alur usaha dalam mewujudkan harapan menjadi lebih terarah, fokus, dan terkendali. Dengan perencanaan yang baik maka sebenarnya kita sudah mencapai 50% keberhasilan dari pencapaian harapan. Dengan perencanaan kita akan menyusuri waktu dengan langkah-langkah yang jelas dan sudah didefinisikan sebelumnya. Kita tidak terombang-ambing dalam gelombang kehidupan.
   
·         Perancangan atau Design
Setelah selesai dengan perencanaan langkah selanjutnya adalah membuat suatu rancangan atau desain tahapan yang lebih detail dan rinci. Dengan tahapan yang rinci inilah kita bisa mulai berproses untuk mengimplementasikan setiap detil aspek dari harapan kita.

·         Penggalangan Sumber Daya
Untuk melaksanakan setiap detil tahapan atau rancangan diperlukan bantuan yang disebut sumber daya. Misalnya jika harapan kita adalah ingin menjadi seorang manajer yang baik maka kita harus mencari sumber daya pengajar yang ahli dalam hal manajerial, mencari tempat sekolah atau belajar yang bermutu, dan menabung untuk biayanya.

·         Pelaksanaan
Setelah semua siap, langkah yang terbaik adalah dengan segera memulai atau melaksanakan setiap rencana dan rancangan yang telah disusun. Hal yang sulit di dunia ini adalah memulai. Ada begitu banyak alasan untuk tidak segera memulai dan inilah dorongan negative yang harus kita lawan jika kita menghendaki semua harapan kita tercapai. Setiap hari ada berjuta alasan yang menghendaki kita tetap tidur dalam kehangatan selimut daripada bangkit dan menjalankan ibadah shalat shubuh.  Ingatlah pepatah yang mengatakan seribu langkah di awali dengan satu langkah kecil. Bergeraklah lakukan sesuatu kemalasan adalah jeratan setan yang akan menjadikan harapan kita hanya sebatas angan-angan. Tetap focus pada rancangan dan tahapan yang telah dibuat. Dan ingat awali setiap langkah dengan doa, mohon kemudahan dan perlindungan dari Allah swt. Semua hal tak akan berhasil jika tanpa ijinNya.  

·         Evaluasi
Dengan melakukan evaluasi pada setiap akhir langkah akan memastikan kita tetap berada pada alur atau koridor yang benar sesuai dengan yang telah kita tetapkan. Kita dapat melihat apakah pelaksanaannya dari tahapan yang telah ditetapkan benar, sesuai dengan yang telah direncanakan. Dengan evaluasi juga kita bisa menilai setiap keberhasilan setiap tahapan atau keberhasilan keseluruhan tahapan dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan. Kesimpulannya dari hasil evaluasi adalah kita berhasil, atau gagal.

Jangan sekali-kali alergi atau takut terhadap kegagalan. Karena kegagalan dan keberhasilan adalah pasangan yang setia satu dengan yang lainnya. Jika kegagalan mengalah maka keberhasilan yang maju dengan gagah ke depan. Namun ada saatnya keberhasilan harus mundur dengan anggun ketika kegagalan harus muncul ke depan kenyataan. Ingat yang terpenting adalah prosesnya bukan hasilnya. Hasil adalah efeksamping dari proses yang dijalani. Manusia berencana Allah yang menentukan.
   
·         Bersyukur dan Bertawakal
Apapun hasil yang dicapai dari proses yang telah kita jalani dalam mewujudkan harapan kita harus bersyukur dan bertawakal. Bersyukur karena kita telah diberi kesempatan untuk berproses. Hal termahal di dunia ini adalah kesempatan. Orang sering bilang kesempatan tidak datang dua kali. Semua langkah atau ikhtiar yang telah kita lakukan semuanya memiliki nilai. Jika kita ikhlas maka insyaAllah nilainya akan baik. Keberhasilan kita sesungguhnya bukanlah hasil dari prosesnya tapi nilai-nilai dari proses yang telah kita lakukan. Hasil hanyalah satu titik akhir dari suatu proses. Jika hasilnya tidak sesuai dengan harapan maka bertawakallah. Menerima dengan ridho segala ketetapanNya dengan tidak berputus asa adalah hal terbaik. Ingat jika satu harapan kita tidak tercapai maka kita harus selalu ingat bahwa ada sekian banyak harapan lain yang dapat kita ciptakan. Dan kita harus siap menyiapkan diri kita untuk harapan selanjutnya.

Manifestasi Harapan dalam Kehidupan

Harapan sebagai Siklus Hidup
Kita lahir ke dunia diiringi dengan penuh harapan orang tua agar kita menjadi di antaranya anak yang saleh, anak yang baik, berhasil, bermanfaat bagi diri kita, keluarga, dan lingkungan.  Harapan-harapan inilah di antaranya yang telah membuat mereka, orang tua kita,  berjuang dengan keras untuk menghidupi kita dan bersemangat untuk terus menjalani kehidupan ini.
Seiring dengan pertambahan usia, kematangan berpikir, kita pun memiliki harapan-harapan sendiri. Harapan-harapan itulah yang juga memacu kita untuk terus menjalani hidup. Harapan menjadi energi dan bahan bakar bagi siklus kehidupan kita. Jika kita sudah tidak memiliki harapan dan tidak mau membuat satu harapan pun, maka sesungguhnya siklus hidup kita telah berakhir.

Harapan, Optimisme, dan Keyakinan Diri
Harapan dan optimisme adalah pasangan yang serasi. Saling mendukung dan menguatkan. Dalam harapan selalu ada optimisme  yang meyakinkan kita bahwa harapan tersebut dapat dicapai. Optimisme tidak akan pernah muncul jika tidak ada harapan. Optimisme melahirkan keyakinan diri. Keyakinan diri adalah bentuk kepercayaan kita pada diri sendiri, meyakini bahwa kita memiliki kekuatan dan nilai untuk mencapai apa yang dicita-citakan. Berikut adalah perkataan dari Hellen Keller mengenai optimisme, harapan, dan keyakinan diri :
“ Optimisme is the path that leads to achievement. Nothing can be done without hope and confidence”
Harapan adalah awal dari segalanya.

Manifestasi Harapan dalam Seni
Seni adalah manifestasi keindahan manusia yang diungkapkan melalui penciptaan suatu karya seni. Seni lahir bersama dengan kelahiran manusia. Keduanya erat berhubungan dan tidak bisa dipisahkan. Dimana ada manusia disitu ada kesenian. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kesenian. Kesenian itu timbul karena manusia selalu ingin yang indah, dengan jalan menciptakan benda-benda yang indah. Karena keindahan selalu menimbulkan kebahagiaan dan sebagai kodratnya, manusia ingin bahagia.
Ada hubungan yang erat antara harapan dan seni. Salahsatu munculnya harapan adalah dorongan kebutuhan hidup, ini seirama dengan salah satu fungsi seni yaitu seni sebagai kebutuhan hidup. Dalam istilah lainnya dapat diartikan sebagai seni terpakai atau applied art , seni yang digunakan atau, dipakai atau yang lebih tepat sebagai seni terapan. Seni ini diterapkan pada sesuatu maksud atau benda, menurut kegunaannya tanpa melepaskan segi keindahannya.
Jadi disamping memiliki keindahan ujud, seni juga memiliki nilai kegunaan ujud. Misalnya jambangan-jambangan atau guci dari tiongkok kuno, ujud serta permukaannya dibentuk dan dihias demikian indah, tanpa menghilangkan fungsi jambangan itu. Manusia ingin melepaskan dan mencurahkan keinginan keindahan ke seluruh hidupnya. Fungsi-fungsi lain dari seni adalah pembentuk peradaban manusia dan untuk kebahagian manusia. Bukankah manusia selalu berharap bahagia?

MACAM – MACAM HARAPAN
abraham maslow mengkategorikan kebutuhan manusia menjadi 5 macam atau disebut juga 5 harapan manusia, yaitu;
1.harapan untuk memperoleh kelangsungan hidup
2.harapan untuk memperoleh keamanan
3.hak untuk mencintai dan dicintai
4.harapan diterima lingkungan
5.harapan memperoleh perwujudan cita-cita

Kesimpulan

Berdasarkan uraian di atas berikut ini adalah beberapa poin mengenai harapan, yaitu :
      Harapan, itulah sesungguhnya yang menggerakkan manusia untuk menjalani hari-harinya. 
      Tanpa harapan, manusia menjalani hidupnya dengan penuh kenestapaan dan kesengsaraan.
     Peradaban manusia seperti yang kita lihat saat ini tak kan pernah ada, kalau manusia itu sendiri tidak pernah memiliki harapan.
      
Harapan adalah sumber energi kehidupan yang membuat hidup bisa bergerak dan berproduksi.
         Harapan bergantung pada pengetahuan, pengalaman, lingkungan hidup dan kemampuan masing-masing individu.
·         Harapan dan cita-cita memiliki kesamaan yaitu mengenai masa depan. Perbedaannya adalah harapan lebih terukur dan terjangkau dan tidak terlampau muluk-muluk jika dibandingkan dengan cita-cita.
·         Bentuk negatif dari harapan adalah angan-angan. Kita dilarang berangan-angan dan berkhayal. Angan-angan dan khayalan adalah harapan di atas harapan, menyelesaikan harapan dengan harapan tanpa aksi yang jelas. Berkhayal dan berangan-angan adalah permainan setan yang akan membinasakan melalui kemalasan, kebodohan, dan kemiskinan materi dan non materi terutama kemiskinan iman dan semangat berikhtiar. Bukankah para nabi selalu berikhtiar walaupun Allah sudah begitu dekat dan menjanjikan kemudahan bagi mereka?
·         Untuk mewujudkan suatu harapan diperlukan langkah-langkah yang sistematis dan terencana dengan baik. Di sinillah peran keilmuan yang cukup dari tiap diri kita untuk dapat mewujudkan setiap harapan kita. Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut
o   Menetapkan target
Buat lah target yang jelas dan mungkin dicapai dari harapan-harapan kita
o   Analisa factor penghambat dan pendukung
Kenali setiap factor yang memudahkan dan menghambat. Eliminasi setiap hambatan, jika tidak bisa berkompromilah,pilihlah jalan yang terbaik.
o   Perencanaan
Buatlah rencana dengan baik. Gagal merencanakan berarti gagal secara keseluruhan.
o   Perancangan atau Design
Rancang dan desain setiap tahapan dengan rinci dan hati-hati. Setiap tahapan akan berperan pada setiap prosen pencapaian harapan.
o   Galang sumber daya selagi bisa
Kumpulkan bekal selagi bisa. Ingat jangan mencari makan ketika sedang kelaparan. Atau mencari air ketika kehausan. Karena itu adalah cermin kegagalan proses.
o   Pelaksanaan
Segeralah memulai ketika semuanya telah direncanakan dan dirancang. Jangan menunda-nunda. Waktu tak akan menunggu.
o   Evaluasi
Evaluasi setiap langkah. Segeralah kembali ke jalan yang benar jika merasa diri sudah melenceng.
o   Bersyukur dan bertawakal
Bersyukur dan bertawakal adalah langkah penutup yang sangat dianjurkan dan menjadi cermin kualitas kita dihadapan manusia dan Allah swt. 
·         Harapan muncul karena dorongan kebutuhan hidup dan kodrat
·         Seni dan harapan memiliki hubungan yang erat. Kesamaannya adalah keduanya merupakan dorongan kebutuhan hidup. Melalui seni, manusia ingin mewujudkan harapannya untuk mendapat keindahan, dan kebahagiaan.
Sumber :


Selasa, 17 April 2012

Manusia Dan Keadilan

A. Definisi
 
     Manusia adalah makhluk utama, yaitu diantara semua makhluk natural dan supranatural, manusia mempunyai jiwa bebas dan hakikat hakikat yg mulia.
     Manusia adalah kemauan bebas. Inilah kekuatannya yg luar biasa dan tidak dapat dijelaskan : kemauan dalam arti bahwa kemanusiaan telah masuk ke dalam rantai kausalitas sebagai sumber utama yg bebas – kepadanya dunia alam –world of nature–, sejarah dan masyarakat sepenuhnya bergantung, serta terus menerus melakukan campur tangan pada dan bertindak atas rangkaian deterministis ini. Dua determinasi eksistensial, kebebasan dan pilihan, telah memberinya suatu kualitas seperti Tuhan.
     Manusia adalah makhluk yg sadar. Ini adalah kualitasnya yg paling menonjol; Kesadaran dalam arti bahwa melalui daya refleksi yg menakjubkan, ia memahami aktualitas dunia eksternal, menyingkap rahasia yg tersembunyi dari pengamatan, dan mampu menganalisa masing-masing realita dan peristiwa. Ia tidak tetap tinggal pada permukaan serba-indera dan akibat saja, tetapi mengamati apa yg ada di luar penginderaan dan menyimpulkan penyebab dari akibat. Dengan demikian ia melewati batas penginderaannya dan memperpanjang ikatan waktunya sampai ke masa lampau dan masa mendatang, ke dalam waktu yg tidak dihadirinya secara objektif. Ia mendapat pegangan yg benar, luas dan dalam atas lingkungannya sendiri. Kesadaran adalah suatu zat yg lebih mulia daripada eksistensi.
     Manusia adalah makhluk yg sadar diri. Ini berarti bahwa ia adalah satu-satuna makhluk hidup yg mempunyai pengetahuan atas kehadirannya sendiri ; ia mampu mempelajari, manganalisis, mengetahui dan menilai dirinya.
     Manusia adalah makhluk kreatif. Aspek kreatif tingkah lakunya ini memisahkan dirinya secara keseluruhan dari alam, dan menempatkannya di samping Tuhan. Hal ini menyebabkan manusia memiliki kekuatan ajaib-semu –quasi-miracolous– yg memberinya kemampuan untuk melewati parameter alami dari eksistensi dirinya, memberinya perluasan dan kedalaman eksistensial yg tak terbatas, dan menempatkannya pada suatu posisi untuk menikmati apa yg belum diberikan alam.
     Manusia adalah makhluk idealis, pemuja yg ideal. Dengan ini berarti ia tidak pernah puas dengan apa yg ada, tetapi berjuang untuk mengubahnya menjadi apa yg seharusnya. Idealisme adalah faktor utama dalam pergerakan dan evolusi manusia. Idealisme tidak memberikan kesempatan untuk puas di dalam pagar-pagar kokoh realita yg ada. Kekuatan inilah yg selalu memaksa manusia untuk merenung, menemukan, menyelidiki, mewujudkan, membuat dan mencipta dalam alam jasmaniah dan ruhaniah.
     Manusia adalah makhluk moral. Di sinilah timbul pertanyaan penting mengenai nilai. Nilai terdiri dari ikatan yg ada antara manusia dan setiap gejala, perilaku, perbuatan atau dimana suatu motif yg lebih tinggi daripada motif manfaat timbul. Ikatan ini mungkin dapat disebut ikatan suci, karena ia dihormati dan dipuja begitu rupa sehingga orang merasa rela untuk membaktikan atau mengorbankan kehidupan mereka demi ikatan ini.
     Manusia adalah makhluk utama dalam dunia alami, mempunyai esensi uniknya sendiri, dan sebagai suatu penciptaan atau sebagai suatu gejala yg bersifat istimewa dan mulia. Ia memiliki kemauan, ikut campur dalam alam yg independen, memiliki kekuatan untuk memilih dan mempunyai andil dalam menciptakan gaya hidup melawan kehidupan alami. Kekuatan ini memberinya suatu keterlibatan dan tanggung jawab yg tidak akan punya arti kalau tidak dinyatakan dengan mengacu pada sistem nilai.

     Keadilan menurut Aristoteles adalah kelayakan dalam tindakan manusia. Kelayakan diartikan sebagai titik tengah antara kedua ujung ekstrem yang terlalu banyak dan terlalu sedikit. Kedua ujung ekstrem ini menyangkut dua orang atau benda. Bila kedua orang tersebut mempunyai kesamaan dalam ukuran yang telah ditetapkan, maka masing-masing orang harus memperoleh benda atau hasil yang sama, kalau tidak sama, maka masing – masing orang akan menerima bagian yang tidak sama, sedangkan pelangggaran terjadap proporsi tersebut disebut tidak adil.
      Keaadilan oleh Plato diproyeksikan pada diri manusia sehingga yang dikatakan adil adalah orang yang mengendalikan diri dan perasaannya dikendalikan oleh akal. Socrates memproyeksikan keadilan pada pemerintahan. Menurut Socrates, keadilan akan tercipta bilamana warga Negara sudah merasakan bahwa pemerintah sudah melakukan tugasnya dengan baik. Mengapa diproyeksikan kepada pemerintah ? sebab pemerintah adalah pimpinan pokok yang menentukan dinamika masyarakat. Kong Hu Cu berpendapat bahwa keadilan terjadi apabila anak sebagai anak, bila ayah sebagai ayah, bila raja sebagai raja, masing-masing telah melaksanakan kewajibannya. Pendapat ini terbatas pada nilai-nilai tertentu yang sudah diyakini atau disepakati.
     Keadilan pada hakikatnya adalah memperlakukan seseorang atau pihak lain sesuai dengan haknya. Yang menjadi hak setiap orang adalah diakuai dan diperlakukan sesuai dengan harkat dan martabatnya, yang sama derajatnya, yang sama hak dan kewajibannya, tanpa membedakan suku, keurunan, dan agamanya. Hakikat keadilan dalam Pancasila, UUD 1945, dan GBHN, kata adil terdapat pada:
1. Pancasila yaitu sila kedua dan kelima
2. Pembukaan UUD 1945 yaitu alinea II dan IV
3. GBHN 1999-2004 tentang visi
Keadilan berasal dari kata adil. Menurut W.J.S. Poerwodarminto kata adil berarti tidak berat sebelah, sepatutnya tidak sewenang-wenang dan tidak memihak.
Pembagian keadilan menurut Aristoteles:
1. Keadilan Komutatif adalah perlakuan terhadap seseorang yang tidak melihat jasa-jasa yang dilakukannya.
2. Keadilan Distributif adalah perlakuan terhadap seseorang sesuai dengan jasa-jasa yang telah dibuatnya.
3. Keadialn Kodrat Alam adalah memberi sesuatusesuai dengan yang diberikan orang lain kepada kita.
4. Keadilan Konvensional adalah seseorang yang telah menaati segala peraturang perundang-undangan yang telah diwajibkan.
5. Keadilan Menurut Teori Perbaikan adalah seseorang yang telah berusaha memulihkan nama baik orang lain yang telah tercemar
Pembagian keadilan menurut Plato:
1. Keadilan Moral, yaitu suatu perbuatan dapat dikatakan adila secara moral apabila telah mampu memberikan perlakuan yang seimbang antara hak dan kewajibannya.
2. Keadilan Prosedural, yaitu apabila seseorang telah mampu melaksanakan perbuatan adil berdasarkan tata cara yang telah diterapkan.
Thomas Hobbes menjelaskan suatu perbuatan dikatakan adil apabila telah didasarkan dengan perjanjian yang disepakati.
 Notonegoro, menambahkan keadilan legalitas atau keadilan hukum yaitu suatu keadan dikatakan adil jika sesuai ketentuan hukum yang berlaku

HUBUNGAN MANUSIA DENGAN KEADILAN

     Dalam hidupdan kehidupan, setiap manusia dalam melakukan aktifitasnya pasti pernah menemukan perlakuan yang tidak adil atau bahkan sebaliknya, melakukan hal yang tidak adil. Dimana pada setiap diri manusia pasti terdapat dorongan atau keinginan untuk berbuat kebaikan “jujur”. Tetapi terkadang untuk melakukan kejujuran sangatlah tidak mudah dan selalui dibenturkan oleh permasalahan – permasalahan dan kendala yang dihadapinya yang kesemuanya disebabkan oleh berbagai sebab, seperti keadaan atau situasi, permasalahan teknis hingga bahkan sikap moral.
      Dampak positif dari keadilan itu sendiri dapat membuahkan kreatifitas dan seni tingkat tinggi. Karena ketika seseorang mendapat perlakuan yang tidak adil maka orang tersebut akan mencoba untuk bertanya atau melalukan perlawanan “protes” dengan caranya sendiri. Nah… cara itulah yang dapat menimbulkan kreatifitas dan seni tingkat tinggi seperti demonstrasi, melukis, menulis dalam bentuk apabun hingga bahkan membalasnya dengan berdusta dan melakukan kecurangan. 

B;. Faktor Pendukung dan Penghambat 

Faktor yang perlu diadalan sehingga keadilan sosial dapat dirasakan adalah:
1. Pendifinisan keadilan sosial dengan baik, sehingga faktor sosial akan memahami apa yang hendak dicapainya, atau apa yang menjadi cita cita bersama mereka. Kalau saja pendifinisian tidak jelas, atau adanya perbedaan pendapat, akan terjadilah perbedaan tujuan.
2. Faktor pendukung untuk membantu efisiensi kerja sosial sehingga akan terjadinya kerja sama diantara unsur yang diperlukan. Faktor pendukung utama yang dominan adalah SDM yang memenuhi syarat untuk keadilan, yaitu SDM yang (minimal) tidak berjalan atas interesnya sendiri.
3. Faktor penghalang, karena dengan adanya faktor ini, akan diperlukan suatu unsur tertentu untuk menindak lanjuti sehingga hilangnya faktor ini. Karena boleh jadi faktor ini menjadi penghalang sehingga sama sekali makna dan kondisi keadilan tidak akan didapatkan.

C. Macam – macam Keadilan

Keadilan Legal atau Keadilan Moral
Plato berpendapat bahwa keadilan dan hukum merupakan substansi rohani umum dan masyarakat yang membuat dan menjaga kesatuannya. Dalam suatu masyarakat yang adil setiap orang menjalankan pekerjaan yang menurut sifat dasamya paling cocok baginya (The man behind the gun). Pendapat Plato itu disebut keadilan moral, sedangkan, Sunoto menyebutnya keadilan legal.
Keadilan timbul karna penyatuan dan penyesuaian untuk memberi tempat yang
selaras kepada bagian-hagian yang membentuk suatu masyarakat. Keadilan terwujud
dalam masyarakat bilamana setiap anggota masyarakat melakukan fungsinya secara baik.

Keadilan Distributif
Aristoles berpendapat bahwa keadilan akan terlaksana bilamana hal-hal yang sama diperlakukan secara sama dan hal-hal yang tidak sama secara tidak sama (justice is done when equals are treated equally). Sebagai contoh, Ali bekerja 10 tahun dan Budi bekerja 5 tahun. Pada waktu diberikan hadiah harus dibedakan antara Ali dan Budi. yaitu perbedaan sesuai dengan lamanya bekerja. Andaikata Ali menerima Rp. 100.000.- maka Budi harus menerima. Rp 50.000. Akan tetapi bila besar hadiah Ali dan Budi sama justru hal tersebut tidak adil.
                          
Keadilan Komutatif
Keadilan ini bertujuan memelihara ketertiban masyarakat dan kesejahteraan umum. Bagi Aristoteles pengertian keadilan itu merupakan asas pertalian dan ketertiban dalam rnasyarakat Semua tindakan yang bercorak ujung ekstrim menjadikan ketidakadilan dan akan merusak atau bahkan menghancurkan pertalian dalam masyarakat.

Kejujuran
Kejujuran atau jujur artinya apa yang dikatakan seseorang sesuai dengan hati nuraninya
apa yang dikatakannya sesuai dengan kenyataan yang ada. Sedang kenyataan yang ada itu adalah kenyataan yang benar-benar ada. Jujur juga berarti seseorang bersih hatinya dari perbuatan-perbuatan yang dilarang oleh agama dan hukum. Untuk itu dituntut satu kata dan perbuatan, yang berarti bahwa apa yang dikatakan haruis sama dengan perbuatannya. Karena itu jujur berarti juga menepati janji atau kesanggupan yang terlampir malalui kata-kata atau perbuatan.
Kejujuran bersangkut erat dengan masalah nurani. Menurut.Alamsyah dalam bukunya Budi Nurani. filsafat berfikir. yang disebut nurani adalah sebuah wadah yang ada dalam perasaan manusia. Wadah ini menyimpan suatu getaran kejujuran. ketulusan dalam meneropong kebenaran lokal maupun kebenaran Iliahi. (M.Alanisyah.1986:83). Nurani yang diperkembangkan dapat menjadi budi nurani yang merupakan wadah yang menyimpan keyakinan. Jadi getaran kejujuran ataupun ketulusan dapat ditingkatkan menjadi suatu keyakinan, dan atas diri keyakinannya maka seseorang diketahui kepribadiannya. Orang yang memiliki ketulusan tinggi akan memiliki keyakinan yang matang. sebabnya orang yang hatinya tidak bersih dan mau berpikir curang. memiliki keprihadian yang buruk dan rendah dan sering tidak yakin pada dirinya. Karena apa yang ada dalam nuraninya banyak dipengaruhi oleh pemikirannya yang kadang-kadang justru bertentangan.

Nama baik
Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya tetap baik. Lebih-lebih jika Ia menjadi teladan bagi orang/tetangga disekitamya adalah suatu kebanggaan batin yang tak temilai harganya.
Ada peribahasa berbunyi “daripada berputih mata lebih baik berputih tulang” artinya orang lebih baik mati dari pada malu. Betapa besar nilai nama baik itu sehingga nyawa menjadi taruhannya. Setiap orang tua selalu berpesan kepada anak-anaknya “jagalah nama keluargamu!” Dengan menyebut “nama” berarti sudah mengandung arti “nama baik”. Ada pula pesan orang tua “jangan membuat malu” pesan itu juga berarti menjaga nama baik. Orang tua yang menghadapi anaknya yang sudah dewasa sering kali berpesan “laksanakan apa yang kamu anggap baik, dan jangan kau laksanakan apa yang kau anggap tidak baik!”. Dengan melaksanakan apa yang dianggap baik berarti pula menjaga nama baik dirinya sendiri, yang berarti menjaga nama baik keluarga.
Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan nama baik atau tidak baik itu adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pnbadi, cara menghadapi orang, perbuatan-perbuatan yang dihalalkan agama dan lain sebagainya.

Pemulihan nama baik
Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menjaga dengan hati-hati agar namanya tetap baik. Lebih-lebih jika Ia menjadi teladan bagi orang/tetangga disekitamya adalah suatu kebanggaan batin yang tak temilai harganya.
Ada peribahasa berbunyi “daripada berputih mata lebih baik berputih tulang” artinya orang lebih baik mati dari pada malu. Betapa besar nilai nama baik itu sehingga nyawa menjadi taruhannya. Setiap orang tua selalu berpesan kepada anak-anaknya “jagalah nama keluargamu!” Dengan menyebut “nama” berarti sudah mengandung arti “nama baik”. Ada pula pesan orang tua “jangan membuat malu” pesan itu juga berarti menjaga nama baik. Orang tua yang menghadapi anaknya yang sudah dewasa sering kali berpesan “laksanakan apa yang kamu anggap baik, dan jangan kau laksanakan apa yang kau anggap tidak baik!”. Dengan melaksanakan apa yang dianggap baik berarti pula menjaga nama baik dirinya sendiri, yang berarti menjaga nama baik keluarga.
Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan nama baik atau tidak baik itu adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pnbadi, cara menghadapi orang, perbuatan-perbuatan yang dihalalkan agama dan lain sebagainya.
Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menajaga dengan hati-hati agar namanya baik. Lebih-lebih jika ia menjadi teladan bagi orang/tetangga disekitarnya adalah suatu kebanggaan batin yang tak ternilai harganya. Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan bama baik atau tidak baik ini adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatn-perbuatan yang dihalalkan agama dan sebagainya. Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya; bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan ahlak yang baik. Untuk memulihkan nama baik manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan minta maaf tidak hanya dibibir, melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah, berbuat darma dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepaa sesama hidup yang perlu ditolong dengan penuh kasih sayang , tanpa pamrin, takwa terhadap Tuhan dan mempunyai sikap rela, tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu dipupuk.

Pembalasan
Nama baik merupakan tujuan utama orang hidup. Nama baik adalah nama yang tidak tercela. Setiap orang menajaga dengan hati-hati agar namanya baik. Lebih-lebih jika ia menjadi teladan bagi orang/tetangga disekitarnya adalah suatu kebanggaan batin yang tak ternilai harganya. Penjagaan nama baik erat hubungannya dengan tingkah laku atau perbuatan. Atau boleh dikatakan bama baik atau tidak baik ini adalah tingkah laku atau perbuatannya. Yang dimaksud dengan tingkah laku dan perbuatan itu, antara lain cara berbahasa, cara bergaul, sopan santun, disiplin pribadi, cara menghadapi orang, perbuatn-perbuatan yang dihalalkan agama dan sebagainya. Pada hakekatnya pemulihan nama baik adalah kesadaran manusia akan segala kesalahannya; bahwa apa yang diperbuatnya tidak sesuai dengan ukuran moral atau tidak sesuai dengan ahlak yang baik. Untuk memulihkan nama baik manusia harus tobat atau minta maaf. Tobat dan minta maaf tidak hanya dibibir, melainkan harus bertingkah laku yang sopan, ramah, berbuat darma dengan memberikan kebajikan dan pertolongan kepaa sesama hidup yang perlu ditolong dengan penuh kasih sayang , tanpa pamrin, takwa terhadap Tuhan dan mempunyai sikap rela, tawakal, jujur, adil dan budi luhur selalu dipupuk.
Sebagai contoh:
Rangga memberikan makanan kepada teman sekolahnya Retno yang kebetulan sedang tidak membawa makanan dan uang saku. Dilain kesempatan ketika Rangga lupa membawa bekal makanan dan uang sakunya atau sedang dalam kesulitan, Retno memberikan makanan atau bantuan kepada Rangga. Perbuatan Retno kepada Rangga tersebut merupakan perbuatan serupa, dan ini merupakan pembalasan.

Kecurangan
Kecurangan atau curang identik dengan ketidakjujuran atau tidak jujur, dan sama pula dengan licik, meskipun tidak serupa benar. Sudah tentu kecurangan sebagai lawan jujur.
Curang atau kecurangan artinya apa yang diinginkan tidak sesuai dengan hati nuraninya. Atau, orang itu memang dari hatinya sudah berniat curang dengan maksud memperoleh keuntungan tanpa bertenaga dan usaha? Sudah tentu keuntungan itu diperoleh dengan tidak wajar. Yang dimaksud dengan keuntungan di sini adalah keuntungan, yang berupa materi. Mereka yang berbuat curang menganggap akan mendatangkan kesenangan atau keenakan, meskipun orang lain menderita karenanya.
Kecurangan menyebabkan manusia menjadi serakah. tamak, ingin menimbun kekayaan yang berlebihan dengan tujuan agar dianggap sebagai orang yang paling hebat, paling kaya dan senang bila masyarakat disekelilingnya hidup menderita. Orang seperti itu biasanya tidak senang bila ada yang melebihi kekayaannya. Padahal agama apapun tidak membenarkan orang mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya tanpa menghiraukan orang lain, lebih lagi mengumpulkan harta dengan jalan curang. Hal semacam itu dalam istilah agama tidak diridhoi Tuhan.
Ada beberapa faktor yang dapat menimbulkan kecurangan antara lain ;
1.   Faktor ekonomi. Setiap berhak hidup layah dan membahagiakan dirinya. Terkadang untuk mewujudkan hal tersebut kita sebagai mahluk lemah, tempat salah dan dosa, sangat rentan sekali dengan hal – hal pintas dalam merealisasikan apa yang kita inginkan dan pikirkan. Menghalalkan segala cara untuk mencapai sebuah tujuan semu tanpa melihat orang lain disekelilingnya.
2.   Faktor Peradaban dan Kebudayaan sangat mempengaruhi dari sikapdan mentalitas individu yang terdapat didalamnya “system kebudayaan” meski terkadang halini tidak selalu mutlak. Keadilan dan kecurangan merupakan sikap mental yang membutuhkan keberanian dan sportifitas. Pergeseran moral saat ini memicu terjadinya pergeseran nurani hamper pada setiapindividu didalamnya sehingga sangat sulit sekali untuk menentukan dan bahkan menegakan keadilan.
3.   Teknis. Hal ini juga sangat dapat menentukan arah kebijakan bahkan keadilan itu sendiri. Terkadang untuk dapat bersikapadil,kita pun mengedepankan aspek perasaan atau kekeluargaan sehingga sangat sulit sekali untuk dilakukan. Atau bahkan mempertahankan keadilan kita sendiri harus bersikap salah dan berkata bohong agar tidak melukai perasaan orang lain. Dengan kata lian kita sebagai bangsa timur yang sangat sopan dan santun.
4.   dan lain sebagainya.
Keadilan dan kecurangaan atau ketidakadilan tidak akan dapat berjalan dalam waktu bersamaan karena kedua sangat bertolak belakang dan berseberangan.

D. Macam – macam Manusia

1. Para jenius (ugghatitaññu)
2. Para intelektual (vipacitaññu)
3. Mereka yang dapat dilatih (neyya)
4. Mereka yang tidak dapat dilatih (padaparama)

KETERANGAN
1. Para jenius menunjukkan macam manusia yang dapat memahami ajaran hanya dengan mendengarkan pokok ajaran. Jenis ini dapat dibandingkan dengan bunga teratai yang telah muncul di atas permukaan air dan pasti akan mekar pada sinar fajar hari yang pertama. Suatu contoh dapat dilihat dalam hal bhikkhu Sariputta Thera, petapa Bahiya, samanera Sankicca dan beberapa lainnya lagi yang dengan segera mencapai penerangan sempurna sewaktu mendengarkan syair-syair yang pertama.
2. Manusia jenis kedua dengan tingkat kebijaksanaan yang lebih rendah adalah disebut para intelektual, yang memerlukan keterangan dan uraian lebih jauh sebelum mereka dapat mencapai Penerangan Sempurna. Contoh dari jenis ini adalah lima orang petapa dan rombongan seribu petapa penyembah api yang dipimpin oleh Uruvela Kasapa. Mereka dapat dibandingkan dengan bunga-bunga teratai yang masih berada di bawah permukaan air, sedang menunggu untuk muncul di atas permukaan air pada hari berikutnya.
3. Mereka yang dapat dilatih menunjukkan mayoritas manusia biasa (yang tidak begitu bodoh tetapi juga tidak begitu bijaksana). Orang-orang ini memerlukan instruksi-instruksi dan uraian-uraian serta suatu jangka waktu latihan dan praktek sebelum mereka dapat mengharapkan suatu kemajuan atau perkembangan yang nyata. Mereka dapat dibandingkan dengan bunga teratai yang masih berada agak jauh di bawah permukaan air. Mereka memerlukan suatu jangka waktu lebih lama untuk pertumbuhan dan kemunculan mereka di atas permukaan air.
4. Mereka yang tidak dapat dilatih atau tidak ada harapan adalah mereka yang tidak mungkin mengerti atau maju dalam masa kehidupan ini. Mereka dapat mendengarkan ajaran-ajaran atau mencoba untuk mempraktekkan sesuai dengan perintah-perintah, tetapi karena keterbelakangan atau kebutaan batin mereka, tidak ada hasilnya yang dapat diharapkan. Mereka adalah seperti bunga teratai yang dimakan habis oleh binatang air, tidak mempunyai harapan untuk tumbuh di atas permukaan air.

sumber :